Ya, gila adalah kata yang tepat untuk
penulis macam Dan Brown. Gila, dan selalu lebih gila. Pertama aku membaca buku
tulisan Dan Brown adalah bukunya yang berjudul “The Da Vinci Code”. Seingatku
waktu membacanya aku masih kelas 1 SMA. Aku membaca review-ya di koran pagi
langganan keluargaku. Novel itu begitu heboh dan laris di seluruh dunia.
Menceritakan misteri sebuah organisasi tersembunyi ilmuwan-ilmuwan masa lampau.
Tak perlu aku urai bagaimana ceritanya pun pasti sudah banyak yang mengetahui
jalan cerita novel ini. Bukan isi novel yang akan kutulis disini, melainkan
gilanya otak Dan Brown di setiap buku-buku tulisannya. Memang dasarnya aku suka
novel misteri (bukan horor), novel yang menegangkan tapi bukan berhubungan
dengan dunia gaib, cerita-cerita macam cerita detektif seperti Detective Conan
dan semacamnya. The Da Vinci Code bagaikan surga bagi penikmat cerita
detektif-detektif-an. Lembar demi lembar aku mulai membaca novel ini sampai
akhirnya selesai dalam tiga hari. And what did i feel? Really amazed! Aku tidak
menyangka ada penulis seberani Dan Brown, segila dia, dan sehebat dia!
Aku sampai tidak bisa membedakan mana
fakta dan mana fiksi dalam novel ini. Perpindahan dari jajaran fakta menuju ke
fiksinya sangat halus. Saya benar-benar takjub dengan isi otak Dan Brown.
Berapa lama dia melakukan riset sampai bisa menghasilkan novel sehebat itu?
Setelah hebohnya novel itu menjadi best seller seluruh dunia, akhirnya novel
itu difilmkan juga. Tapi ya, namanya film, kurang lebih itu pasti ada. Lebihnya
aku bisa melihat Robert Langdon (Tom Hanks) dalam versi visual, dan
gambaran-gambaran tempat, teka-teki, juga tokohnya aku rasa sudah tepat. Hanya
saja, membaca selalu lebih berkesan daripada menonton filmnya dengan cerita
yang sama.
Selesai The Da Vinci Code, Dan Brown
menggebrak lagi dengan novel berikutnya dengan tokoh utama yang sama, yaitu
Robert Langdon, ahli simbolog dan sejarahwan seni. Judulnya Angels and Demons.
Lagi-lagi otak gila Dan Brown begitu liar berfantasi hingga mungkin, ilmu
pengetahuan dan agama adalah dua bidang yang saling berkaitan. Benar-benar
menkjubkan membaca novel satu ini.
Angels and Demons pun kemudian menyusul
untuk difilmkan, bagus tapi tetap lebih berkesan membaca. Illuminati dijabarkan
dengan gamblang, seakan tanpa fiksi. Membuat mata kita terbuka, bahwa organisasi-organisasi
tersembunyi di masa lampau sangat berpengaruh di masanya.
Novel berikutnya dengan tokoh yang sama
berjudul The Lost Symbol. Menceritakan misteriusnya penculikan Peter Solomon,
pemegang posisi tertinggi dalam persaudaraan Freemason. Masih liar, masih tanpa
batas, dan semakin sadis saja penggambaran cerita dalam novel ini. Satu hal
yang menarik dan membuat saya begitu penasaran ketika nanti novel ini akan
difilmkan (semoga) adalah adegan dimana Robert Langdon hampir mati, atau
tepatnya berada di antara hidup dan mati di tengah-tengah pemecahan teka-teki
penting. Ah, so curious!
Belum habis takjubku untuk tulisan-tulisan
Dan Brown, meluncur lagi satu novel terbaru karyanya, berjudul Inferno yang
artinya adalah neraka. Rupanya belum habis imaji Dan Brown tentang sesuatu yang
misterius tentang karya seni besar jaman dahulu. Kali ini Inferno karya Dante
Alighieri yang menjadi sasarannya. Novel ini masih setengah aku baca, karena
merasa sayang kalau tiba-tiba habis lembarannya :D
Aku tidak habis pikir, bagaimana bisa
manusia seperti Dan Brown bisa menghasilkan tulisan yang sangat hebat tanpa
cacat sedikitpun? Otak gila macam apa yang Dan Brown miliki! Sebenarnya ada dua
lagi novel karya Dan Brown yaitu Digital Fortress dan Deception Point, tapi sepertinya
tokoh Robert Langdon lebih berpengaruh dan menarik untuk diikuti daripada kedua
novel Dan Brown lainnya yang tokoh utamanya bukan Robert Langdon.
So, penikmat misteri, teka-teki, dan
detektif-detektif-an, aku yakin, jangan pernah melewatkan 4 novel Dan Brown
ini. Sumpah, Dan Brown sungguh gila!
Malang, 4 November 2013
0 komentar:
Posting Komentar