Jumat, 15 November 2013

Dan Brown Memang Gila!

Ya, gila adalah kata yang tepat untuk penulis macam Dan Brown. Gila, dan selalu lebih gila. Pertama aku membaca buku tulisan Dan Brown adalah bukunya yang berjudul “The Da Vinci Code”. Seingatku waktu membacanya aku masih kelas 1 SMA. Aku membaca review-ya di koran pagi langganan keluargaku. Novel itu begitu heboh dan laris di seluruh dunia. Menceritakan misteri sebuah organisasi tersembunyi ilmuwan-ilmuwan masa lampau. Tak perlu aku urai bagaimana ceritanya pun pasti sudah banyak yang mengetahui jalan cerita novel ini. Bukan isi novel yang akan kutulis disini, melainkan gilanya otak Dan Brown di setiap buku-buku tulisannya. Memang dasarnya aku suka novel misteri (bukan horor), novel yang menegangkan tapi bukan berhubungan dengan dunia gaib, cerita-cerita macam cerita detektif seperti Detective Conan dan semacamnya. The Da Vinci Code bagaikan surga bagi penikmat cerita detektif-detektif-an. Lembar demi lembar aku mulai membaca novel ini sampai akhirnya selesai dalam tiga hari. And what did i feel? Really amazed! Aku tidak menyangka ada penulis seberani Dan Brown, segila dia, dan sehebat dia!

Aku sampai tidak bisa membedakan mana fakta dan mana fiksi dalam novel ini. Perpindahan dari jajaran fakta menuju ke fiksinya sangat halus. Saya benar-benar takjub dengan isi otak Dan Brown. Berapa lama dia melakukan riset sampai bisa menghasilkan novel sehebat itu? Setelah hebohnya novel itu menjadi best seller seluruh dunia, akhirnya novel itu difilmkan juga. Tapi ya, namanya film, kurang lebih itu pasti ada. Lebihnya aku bisa melihat Robert Langdon (Tom Hanks) dalam versi visual, dan gambaran-gambaran tempat, teka-teki, juga tokohnya aku rasa sudah tepat. Hanya saja, membaca selalu lebih berkesan daripada menonton filmnya dengan cerita yang sama.
Selesai The Da Vinci Code, Dan Brown menggebrak lagi dengan novel berikutnya dengan tokoh utama yang sama, yaitu Robert Langdon, ahli simbolog dan sejarahwan seni. Judulnya Angels and Demons. Lagi-lagi otak gila Dan Brown begitu liar berfantasi hingga mungkin, ilmu pengetahuan dan agama adalah dua bidang yang saling berkaitan. Benar-benar menkjubkan membaca novel satu ini.
Angels and Demons pun kemudian menyusul untuk difilmkan, bagus tapi tetap lebih berkesan membaca. Illuminati dijabarkan dengan gamblang, seakan tanpa fiksi. Membuat mata kita terbuka, bahwa organisasi-organisasi tersembunyi di masa lampau sangat berpengaruh di masanya.

Novel berikutnya dengan tokoh yang sama berjudul The Lost Symbol. Menceritakan misteriusnya penculikan Peter Solomon, pemegang posisi tertinggi dalam persaudaraan Freemason. Masih liar, masih tanpa batas, dan semakin sadis saja penggambaran cerita dalam novel ini. Satu hal yang menarik dan membuat saya begitu penasaran ketika nanti novel ini akan difilmkan (semoga) adalah adegan dimana Robert Langdon hampir mati, atau tepatnya berada di antara hidup dan mati di tengah-tengah pemecahan teka-teki penting. Ah, so curious!
Belum habis takjubku untuk tulisan-tulisan Dan Brown, meluncur lagi satu novel terbaru karyanya, berjudul Inferno yang artinya adalah neraka. Rupanya belum habis imaji Dan Brown tentang sesuatu yang misterius tentang karya seni besar jaman dahulu. Kali ini Inferno karya Dante Alighieri yang menjadi sasarannya. Novel ini masih setengah aku baca, karena merasa sayang kalau tiba-tiba habis lembarannya :D
Aku tidak habis pikir, bagaimana bisa manusia seperti Dan Brown bisa menghasilkan tulisan yang sangat hebat tanpa cacat sedikitpun? Otak gila macam apa yang Dan Brown miliki! Sebenarnya ada dua lagi novel karya Dan Brown yaitu Digital Fortress dan Deception Point, tapi sepertinya tokoh Robert Langdon lebih berpengaruh dan menarik untuk diikuti daripada kedua novel Dan Brown lainnya yang tokoh utamanya bukan Robert Langdon.
So, penikmat misteri, teka-teki, dan detektif-detektif-an, aku yakin, jangan pernah melewatkan 4 novel Dan Brown ini. Sumpah, Dan Brown sungguh gila!


Malang, 4 November 2013

0 komentar:

Posting Komentar

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon