Kenapa seperempat? Ya, karena setengah
jiwaku milik mas Pacar, seperempatnya milik Slank, dan seperempatnya lagi
adalah ruang untuk menyusun mimpi-mimpiku. Tapi meskipun seperempat, Slank
sudah sangat memenuhi jiwaku.
Slank itu salah satu grup band yang (akan ) menjadi legenda di Indonesia. Siapa
sih yang gak kenal Slank?
Aku sendiri mengenal dan kemudian menyukai band ini sejak duduk di
bangku kelas 5 SD sekitar tahun 2001. Lagu pertama yang kudengar dari Slank
adalah Virus. Tanpa ada alasan yang sampai sekarang bisa kuketahui, seketika
aku merasa suka dengan band ini. Lagu, pembawaan personel, dan yang terpenting
lirik-lirik lagunya.
Hari ke hari, bulan ke bulan. Semakin banyak aku mengenal
lagu-lagu Slank, aku merasa semakin menyukai band ini, bahkan bisa dibilang aku
sudah jatuh cinta dengan Slank. Mengumpulkan satu demi satu albumnya dalam
bentuk kaset pita menjadi kesibukanku semasa SD, dan itu berlanjut hingga
sekarang.
Sekitar tahun 2004, untuk pertama kalinya aku menonton langsung
konser Slank. Sejak saat itu, aku mulai tidak pernah absen menonton langsung
konser band idolaku satu ini. SMP, SMA, menjadi masa-masa gilaku akan konser
Slank, berlanjut ketika aku sudah menjadi mahasiswi. Rasanya menonton konser
Slank langsung itu seperti semangat yang tadinya tipis seketika menebal dengan
cepat.
Ketika sudah menjadi mahasiswi pun, bukannya aku mengurangi “Slank-Slank-an”
melainkan malah menjadi saja kegilaanku akan band ini. Terlebih lagi ketika aku
menemukan seseorang yang sealiran yang saat ini kupanggil Mas Pacar, yaitu
sekitar bulan Oktober tahun 2010. Dimanapun Slank menggelar konser, aku dan Mas
Pacar tidak pernah absen. Bahkan sekitar bulan Mei tahun 2011 Slank menggelar
konser di Bali, kau dan Mas Pacar pun berangkat juga ke Bali!
Terlebih juga, terhitung sejak bulan November 2010 hingga Februari
2013 aku dipilih menjadi sekretaris di Slank Fans Club Malang. Slank Fans Club
resmi pertama di Indonesia! Senang, lega, dan bangga. Banyak sekali yang
kudapat dari menjabat sebagai sekretaris di Slank Fans Club Malang. Antara lain
pengalaman organized event, mengelola semi-organisasi yang beranggotakan
seratus lebih orang, menjadi orang istimewa di setiap konser Slank, dan banyak
lagi. Kalau untuk bisa bertemu dengan personel, crew, dan Bunda Iffet, aku rasa
itu hanya bonus, karena pelajaran yang di dapat jauh lebih berharga dari itu.
Ada perasaan bangga ketika aku tidak hanya menjadi penikmat dari
konser-konser Slank tapi menjadi salah satu yang ikut andil dalam menyukseskan
konser Slank. Dan hingga detik ini aku masih mencari alasan mengapa aku bisa
sangat jatuh cinta terhadap band ini. Lirik lagu yang sederhana tapi tepat
sasaran, pembawaan personel yang apa adanya, dan mungkin, ada suasana berbeda
ketika bisa mengenal mereka lebih dekat, lebih tepatnya mungkin suasana “tanpa
batas” antara Slank dan Slanker, atau antar sesama Slanker. Itu yang tidak
ternilai!
Sejujurnya, tidak akan pernah habis kata-kataku apabila membahas
soal Slank. Banyak perasaan dan pengalaman yang tidak bisa digambarkan dengan
kata-kata. Aku rasa, perasaan dan pengalaman yang masih banyak ini memang hanya
bisa diabadikan dalam kenangan, tidak dengan kata-kata.
Last but not least, Slank is my spirit, my life teacher, and
totally my idol :D
0 komentar:
Posting Komentar